BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem
perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisme
makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawa nitrogen seperti urea dan
kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sisa-sisa metabolisme dikeluarkan
(disekresikan) oleh ginjal dalam bentuk urine. Urine kemudian akan turun
melewati ureter menuju kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya
secara periodik akan dikeluarkan melalui uretra. ( Syaifuddin, 1997).
Ginjal
membentuk urine mengalir melalui ureter ke kandung kemih untuk disimpan sebelum
diekskresi. Komposisi urine menunjukkan pertukaran zat antara nefron dan darah
di kapiler renal. Produk sisa metabolisme protein diekskresikan, kadar
elektrolit dikontrol dan pH (keseimbangan asam-basa) dipertahankan dengan
ekskresi ion hidrogen. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Urine
terdiri atas air (96 %), urea (2 %), dan sisanya 2 % terdiri atas asam urat,
kreatinin, amonium, natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat, dan oksalat. Urine
berwarna kuning jernih karena adanya urobilin, suatu pigmen empedu yang diubah
di usus, direabsorpsi, kemudian diekskresikan oleh ginjal. Berat jenis urine antara 1020 –
1030. Sedangkan pH urine sekitar 6
(rentang normal 4,5 – 8). Orang dewasa yang sehat mengeluarkan 1000 – 1500 ml
urine per hari. Jumlah urine yang dihasilakan dan berat jenisnya bergantung
pada asupan cairan dan jumlah larutan yang diekskresi. (Nurachmah dan Rida,
2011).
B. Tujuan
Dalam
pembuatan makalah ini adapun tujuannya yang penulis buat yaitu untuk melengkapi
tugas mata kuliah Patofisiologi, yaitu
menjelaskan tentang Proses Pembentukan Urine.
1. Menjelaskan
pengertian dari sistem perkemihan.
2. Menjelaskan
susunan sistem perkemihan.
3. Menjelaskan
proses pembentukan urine.
4. Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urine.
5. Menjelaskan
ciri-ciri urine normal.
C.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian sistem perkemihan ?
2.
Bagaimana susunan sistem perkemihan ?
3.
Bagaimana proses pembentukan urine ?
4.
Apa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urine ?
5.
Apa ciri-ciri urine normal ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sistem Perkemihan
Sistem
perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal (untuk
menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih),
kandung kemih (tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra
(mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh). (Nurachmah dan Rida,
2011).
|
Sistem
perkemihan berperan penting dalam mempertahankan homeostatis konsentrasi air
dan elektrolit di dalam tubuh. Ginjal
menghasilkan urine yang mengandung produk sisa metabolisme, meliputi nitrogen
yang merupakan senyawa urea dan asam urat, kelebihan ion, serta beberapa obat.
(Nurachmah dan Rida, 2011).
Urine
terdiri atas air (96 %), urea (2 %), dan sisanya 2 % terdiri atas asam urat,
kreatinin, amonium, natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat, dan oksalat.
(Nurachmah dan Rida, 2011).
Urine
berwarna kuning jernih karena adanya urobilin, suatu pigmen empedu yang diubah
di usus, direabsorpsi, kemudian diekskresikan
oleh ginjal. Berat jenis urine antara 1020 – 1030. Sedangkan pH urine sekitar 6 (rentang normal 4,5 – 8).
Orang dewasa yang sehat mengeluarkan 1000 – 1500 ml urine per hari. Jumlah
urine yang dihasilakan dan berat jenisnya bergantung pada asupan cairan dan
jumlah larutan yang diekskresi. (Nurachmah dan Rida, 2011).
B. Susunan Sistem Perkemihan
1.
Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang,
yang panjangnya sekitar 11 cm, lebar 6 cm, tebal 3 cm, serta beratnya 150 gr. Ginjal
terletak di dinding abdomen posterior, masing-masing satu buah di sisi kiri dan
kanan kolum vertebra, di belakang peritoneum dan di bawah diafragma. Tinggi
ginjal adalah dari vertebra toraksik ke-12 sampai lumbar ke-3, dan dilindungi
oleh sangkar iga. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Secara histologi ginjal terbungkus dalam
kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini
terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh
jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan ada
bagian korteks yang masuk ke medula. ( Syaifuddin, 1997).
Gambar 1.2 Struktur
Ginjal
Fungsi
ginjal
1)
Pembentukan urine
Ginjal
membentuk urine mengalir melalui ureter ke kandung kemih untuk disimpan sebelum
diekskresi. Komposisi urine menunjukkan pertukaran zat antara nefron dan darah
di kapiler renal. Produk sisa metabolisme protein diekskresikan, kadar
elektrolit dikontrol dan pH (keseimbangan asam-basa) dipertahankan dengan
ekskresi ion hidrogen. Terdapat tiga proses yang terlibat dalam pembentukan
urine. (Nurachmah dan Rida, 2011).
2)
Filtrasi
Filtrasi terjadi di dinding semipermeabel
glomerulus dan kapsul Bowman. Sel darah, protein plasma, dan molekul besar
lainnya terlalu besar untuk difiltrasi (disaring), oleh karena itu tetap berada
di kapiler. Filtrasi di glomerulus memiliki komposisi yang sangat serupa dengan
plasma, kecuali protein plasma. (Nurachmah dan Rida, 2011).
3)
Mengatur keseimbangan keluaran air dan
urine
|
Keseimbangan antara asupan dan keluaran
cairan dikendalikan oleh ginjal. Keluaran urine minimum adalah volume terkecil
yang diperlukan untuk mengekskresikan produk sisa tubuh, yaitu sekitar 500 ml
per hari. Volume urine diatur terutama oleh hormon antidiuretik yang dilepaskan
di dalam darah oleh lobus posterior kelenjar hipofisis. Hipofisis posterior
berikatan erat dengan hipotalamus di otak. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Saat volume darah menigkat, reseptor
regangan di atrium jantung melepaskan hormon ANP. Hormon ini menurunkan
reabsorpsi natrium dan air oleh tubulus kontortus proksimal dan duktus
kolektivus, yang berarti bahwa lebih banyak natrium dan air yang diekskresi.
Pada gilirannya, hal ini menurunkan volume darah dan mengurangi regangan
atrium, lalu melalui mekanisme umpan balik negative, sekresi ANP dihentikan.
Peningkatan kadar ANP juga menghambat sekresi ADH dan aldesteron, selain
meningkatkan jumlah natrium dan air yang hilang. (Nurachmah dan Rida, 2011).
4)
Keseimbangan elektrolit
Perubahan dalam konsentrasi elektrolit
di dalam cairan tubuh dapat menyebabkan perubahan isi cairan tubuh atau kadar
elektrolit. Terdapat beberapa mekanisme yang mempertahankan keseimbangan
konsentrasi air dan elektrolit. (Nurachmah dan Rida, 2011).
a) Keseimbangan
natrium dan kalium
Natrium merupakan kation (ion bermuatan
positif) yang paling umum terdapat dalam cairan ektraselular dan kalium
merupakan kation intaselular yang paling umum. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Jumlah natrium yang diekskresi dalam
keringat cukup besar kecuali saat produksi keringat berlebihan. Kadar natrium
dan kalium yang tinggi terdapat di dalam getah pencernaan, yaitu natrium di
dalam getah lambung dan kalium dalam getah pancreas dan usus. Normalnya, ion
ini direabsorpsi di kolon, tetapi setelah diare akut dan lama, ion tersebut
diekskresi dalam jumlah besar sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan
elektrolit. (Nurachmah dan Rida, 2011).
b)
Sistem-renin-angiotensin-aldosteron
Natrium merupakan konstituen normal dari
urine dan jumlah yang diekskresi diatur oleh hormone aldosteron yang disekresi oleh korteks adrenal. Sel di dalam arterior
aferen nefron distimulasi untuk memproduksi enzim renin oleh stimulasi
simpatik, volume darah yang rendah, atau tekanan darah yang rendah. Renin
mengubah protein plasma angiotensinogen, yang diproduksi oleh hati, menjadi
angiotensin 1. Renin dan peningkatan kadar kalium darah juga menstimulasi
kelenjar adrenal untuk menyekresi aldosteron. (Nurachmah dan Rida, 2011).
c) Keseimbangan
kalsium
Pengaturan kadar kalsium dicapai dengan
sekresi hormon paratiroid yang terkoordinasi. Tubulus kolektivus distal mereabsorpsi
lebih banyak kalsium dalam berespons terhadap sekresi hormon paratiroid, dan
sebaliknya mereabsorpsi lebih sedikit kalsium dalam berespons terhadap sekresi
kalsitonin. (Nurachmah dan Rida, 2011).
d) Keseimbangan
pH
Untuk mempertahankan pH normal darah (keseimbangan
asam-basa), sel tubulus kontortus proksimal menyekresi ion hidrogen. Dalam
filtrat, sel ini bergabung dengan penyangga:
Ø Bikarbonat,
membentuk asam karbonat:
(H+
+ HCO3 → H2CO3)
Ø Amonia,
membentuk ion ammonium:
(H+
+ NH3 →NH4+)
Ø Hidrogen
fosfat, membentuk dihidrogen fosfat:
(H+
+ HPO32- → H2PO3-)
- Ureter
Ureter adalah saluran yang menyalurkan
urine dari ginjal ke kandung kemih. Panjangnya sekitar 23 – 30 cm dengan
diameter sekitar 3 mm. Ureter terhubung dengan pelvis renal yang berbentuk
corong. Bagian bawah ureter terhubung dengan rongga abdomen di belakang
peritoneum yang berada di depan otot psoas menuju rongga pelvis, dan terletak obliq di dinding posterior kandung
kemih. Karena susunan ini saat urine terakumulasi dan tekanan kandung kemih
meningkat, ureter tertekan dan pintunya tersumbat. Hal ini mencegah refleks
urine ke ureter (menuju ginjal) ketika kandung kemih terisi dan saat berkemih
(mikturisi), serta saat tekanan meningkat karena kontraksi otot kandung kemih.
(Nurachmah dan Rida, 2011).
|
|
|
Gambar
1.4 Ureter dan Hubungannya dengan
Ginjal dan Kandung Kemih
- Vesika urinaria atau kandung kemih
Kandung kemih merupakan penampung
(reservoir) urine. Kandung kemih barada di rongga pelvis di mana ukuran serta
posisinya bervariasi, bergantung pada volume urine di dalamnya. Saat mengalami
distensi, kandung kemih naik ke rongga abdomen. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Saat kandung kemih kosong, lapisan
bagian dalam tersusun dalam lipatan atau rugae, yang perlahan-lahan menghilang
saat terisi urine. Kandung kemih dapat melebar (distensi), tetapi saat berisi
300 – 400 ml urine akan muncul keinginan untuk berkemih. Kapasitas total jarang
melebihi 600 ml. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Gambar 1.5 Struktur
dan Bagian-Bagian dari Vesika Urinaria
- Uretra
Uretra adalah saluran yang memanjang
dari leher kandung kemih hingga eksterior, di orifisium uretra eksternal.
Uretra pada pria lebih panjang dari pada wanita. Uretra pria berhubungan dengan
sistem perkemihan dan reproduksi. (Nurachmah dan Rida, 2011).
Panjang uretra wanita sekitar 4 cm yang
memanjang dari atas ke bawah di belakang simfisis pubis dan terhubung dengan
orifisium uretra eksternal tepat di depan vagina. Orifisium uretra eksternal
dikontrol oleh sfinger uretra eksternal, yang dikendalikan otot volunter.
(Nurachmah dan Rida, 2011).
Gambar
1.6 Struktur Uretra Pria dan Wanita
C. Proses Pembentukan Urine
Terdapat
tiga proses yang terlibat dalam pembentukan urine, yaitu:
1.
Filtasi (Penyaringan)
Proses
filtrasi terjadi ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea, dan
zat-zat lain (sel-sel darah dan molekul protein) masuk ke glomerulus, tekanan
darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak
dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel
darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi
lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan
kapsula Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urine primer.
Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion
anorganik. (Nurachmah dan Rida, 2011).
2.
Reabsorpsi (Penyerapan kembali)
Proses reabsorpsi berawal pada saat urine primer masuk dari glomerulus ke
tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai
lengkung Henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah
glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-.
Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap
reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder
atau filtrat tubulus. Kandungan
urine sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urine. (Nurachmah dan Rida, 2011).
3.
Augmentasi (Pengeluaran/penambahan)
Augmentasi
adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. ( Syaifuddin, 1997).
Proses Augmentasi terjadi ketika urine sekunder masuk ke
dalam tubulus kontortus distal, di dalam tubulus kontortus distal pembuluh darah menambahkan
zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion Na+
dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah
terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein, akan
disalurkan ke tubulus kolektivus ke pelvis renalis disini terjadi urine
sesungguhnya. ( Syaifuddin, 1997).
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses Pembentukan Urine
1. Jumlah air yang diminum
Semakin
banyak air yang diminum, sekresi ADH akan terhambat. Hal ini menyebabkan
permeabilitas tubulus kontortus menurun dan reabsorpsi terhambat sehingga
jumlah urine meningkat.
2. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH akan
banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat
sehingga urine yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila
darah banyak mengandung air, maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang,
akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urine yang terjadi akan encer
dan jumlahnya banyak.
3.
Saraf
Stimulus pada saraf ginjal akan
menyebabkan penyempitan duktus aferen. Hal ini menyebabkan aliran darah ke glomerulus
menurun dan tekanan darah menurun sehingga filtrasi kurang efektif. Hasilnya
urine yang diproduksi meningkat.
4.
Zat-zat diuretik
Zat-zat diuretik misalnya teh, kopi,
atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH
berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urine meningkat.
5.
Hormon
insulin
Hormon insulin berfungsi mengatur
gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes
mellitus) memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar
gula dalam darah akan tinggi. Akibatnya dari keadaan ini terjadi gangguan
reabsorpsi di dalam tubulus distal, sehingga dalam urine masih terdapat
glukosa.
6.
Suhu
lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka
tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang
mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, diantaranya
ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya semakin banyak, maka
pengeluaran urine pun banyak.
E. Ciri-Ciri
Urine Normal
Ciri-ciri
urine normal
Ø
Rata-rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tetapi
berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
Ø
Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
Ø
Baunya tajam.
Ø
Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH
rata-rata 6.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama
dan terdiri atas 2 ginjal (untuk menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan urine
dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih (tempat urine dikumpulkan dan
disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar
tubuh).
Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting
untuk membuang sisa-sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh
terutama senyawa nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk
sisanya.
Ginjal
membentuk urine mengalir melalui ureter ke kandung kemih untuk disimpan sebelum
diekskresi.
Proses pembentukan urine ada tiga tahap, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan augmentasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan urine, yaitu jumlah
air yang diminum, hormon antidiuretik (ADH), saraf, zat-zat diuretik, hormon insulin, dan suhu lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Guyton
dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
http://sutiningsih27.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo_15.html
Nurachmah, elly, dan Rida angriani.
2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi.
Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin.
1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC